Beranda advertorial Atasi Persoalan Sampah, Pihak Pemkot Bekerja Sama dengen Penggiat Lungkungan ITB

Atasi Persoalan Sampah, Pihak Pemkot Bekerja Sama dengen Penggiat Lungkungan ITB

114
0

Bandung, sekilasjabar.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melakukan straregi dalam menangani pengelolaan sampah karena volume sampah di Kota Bandung mengalami peningkatan, meski telah melewati masa darurat sampah.

Mulai dari memilah, mengedukasi, maggotasi, hingga mengolah sampah menjadi bernilai ekonomi.

Penjabat (Pj) Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, mengutarakan terdapat beberapa faktor yang membuat sampah di Kota Bandung sulit teratasi. Di antaranya perilaku mindset, edukasi sosialisasi, dan koordinasi yang masih kurang, volume produksi sampah tinggi, serta minimnya penegakan hukum.

“Edukasi sosialisasi terus kita lakukan. Secara bertahap itu mendorong mindset yang berubah. Dari masyarakat yang tadinya hanya membuang sampah, sekarang jadi mengolah sampah. Tujuannya agar volume sampah yang dibuang ke TPA itu semakin berkurang,” ungkap Bambang.

Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Dudy Prayudi menambahkan, saat ini sampah organik sudah tidak boleh dibuang ke TPA Sarimukti. Sehingga pengolahannya harus diperbanyak di hulu.

“Januari kemarin, dari 151 kelurahan di Kota Bandung, sudah ada 125 kelurahan yang mengoperasikan rumah maggot. Dengan ini, total sampah organik yang sudah diolah dengan maggotisasi mencapai 377 ton hingga Januari lalu,” terang Dudy.

Dudy juga berharap, targetnya rumah maggot bisa mengolah 1 ton sampah organik per hari di setiap kelurahan. Sehingga totalnya sebanyak 151 ton sampah per hari bisa berkurang jika semua kelurahan aktif mengoperasikan rumah maggot.

“Namun, maggot itu siklusnya 35 hari. Sehingga penambahan kapasitasnya perlu waktu. Rencananya kami akan bantu sediakan mesin bubur untuk mengolah sampah organik, sehingga bisa mempercepat pengolahan oleh maggot,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga akan menyuplai maggot ukuran besar dari KBS ke rumah maggot di seluruh kelurahan agar peningkatan sampah organik bisa lebih cepat.

“Kami juga mendorong hotel, resto, kafe di sekitar rumah maggot untuk menyuplai sampah organik ke rumah maggot yang ada di kelurahannya. Rumah maggot yang sudah dibangun bisa dikolaborasikan dengan Buruan Sae agar lebih produktif dalam menghasilkan pangan,” imbuh Dudy.

Sementara itu, Peggiat Lingkungan ITB, Indria Diah Pratiwi menyampaikan,ada sejumlah solusi dalam penanganan sampah di Kota Bandung.

“Pendekatan yang coba kami lakukan itu tidak hanya ambil sampah terus dibawa ke satu lokasi, tetapi menitikberatkan pada edukasinya,” jelas Indria.

Indria juga mengatakan, pihak yang bertanggung jawab dalam menangani sampah adalah sumber sampah tersebut.

“Kami Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB memiliki beberapa mitra dalam penanganan sampah komersil di Kota Bandung. Salah satunya adalah hotel bintang 5. Kami mengedukasi dengan cara menjelaskan bahwa dalam pengolahan sampah ini tetap yang bertanggung jawab adalah sumbernya,” jelasnya.

Penggiat lingkungan ITB lainnya, Ramadhani Eka Putra menyampaikan solusi penanganan sampah di Kota Bandung dengan cara mengedukasi sejak pendidikan anak usia dini (PAUD).

“Salah satu solusi penanganan sampah yang sudah kami (SITH) terapkan adalah dengan mengedukasi ke PAUD, sekolah dasar dan tingkat selanjutnya,” ujar Rama.

Menurutnya, mengedukasi sejak usia dini akan lebih efektif karena mereka belum memiliki kesadaraan ego yang tinggi sehingga bisa mudah diedukasi.

“Ke depannya kami akan mengusahakan kepanduan lingkungan sejak PAUD. Semacam Pramuka,” jelasnya.

ITB juga meminta untuk membuat pilot project pengelolaan sampah di salah satu pasar di Kota Bandung.

Menanggapi hal tersebut, Pj Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono memberikan lampu hijau kepada SITH untuk pengeleolaan sampah kompos di salah satu pasar sebagai pilot project.

“Baik akan saya izinkan piloting project pengelolaan sampah kompos. Kemungkinanan antara Pasar Gedebage atau Pasar Caringin,” jelasnya.

Bambang berharap, ITB bisa mencarikan solusi karena Pemkot Bandung juga memiliki keterbatasan.

“Masalah sampah ini tidak akan selesai jika hanya dari Pemerintah saja, karena membutuhkan peran dari berbagai stakeholder,” pungkasnya. (red)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here